Melihat Merapi dari Dekat

Pengalaman baru ke Jogja kali ini, diajak jalan-jalan wisata Gunung Merapi. InsyaAllah lagi aman, lagi nggak erupsi :). Pergantian boss baru pada bulan lalu, yang ternyata pak Boss ini suka mampir ke wisata alam di tempat kita dinas, apalagi sembari mampir untuk monitoring program ke masyarakat desa-nya.
*Menuju Jogjakarta

Rabu 7 Maret 2018, kami berangkat ke Jogjakarta dan bermalam di Hotel Grand Ambarrukmo yang nggak jauh dari Bandara Adi Soecipto dan sebrangan dengan mall Ambarrukmo Plaza (Amplaz). Saya baru kali ini menginap di hotel ini, hotelnya tidak terlalu besar tapi penataan interiornya bagus sekali, bener-bener konsisten temanya dari lobby, restaurant, koridor, sampai kamarnya. Breaksfastnya juga enak dan variasi yang lumayan beragam. Harga per malamnya 750 ribu.

*Balai Ranti – Klaten

Esok harinya, Kamis tanggal 8 Maret 2018, pagi-pagi sekali kami berangkat menuju Balai Ranti di Kabupaten Klaten – Jawa Tengah. Perjalanan sekitar 1 jam lebih dari tempat kami menginap, alhamdulillah kami masih dapat pemandangan bagus Gunung Merapi, yang belum ditutupi kabut kalau siangan.

Pemandangannya…Masya Allah luar biasa sekali. Indah, segar, dan hijau. Dibalik ancaman bencana erupsi, Gunung Merapi menyimpan keindahan yang luar biasa. Bersama rekan-rekan kerja, nggak lupa kami ambil foto di sana, dengan tempat yang telah disediakan untuk foto-foto.

Visit to Ternate

Ini perjalanan pertama aku ke WIT (Waktu Indonesia Timur) yang beda waktu 2 jam dengan Jakarta (WIB). Kunjunganku ke Ternate, Provinsi Maluku Utara dari tanggal 15-17 November 2016, dengan usia kandungan 7 bulan. Berangkat dari Bandar Soetta pukul 01.40 dini hari, haduuh mata sepet banget nahan ngantuk di bandara yang super sepiii… Iya, soalnya bandara terminal 3 ultimate yang masih baru banget. Aku udah berangkat dari rumah jam 11 malam dan ditemani drama Kiya menangis..huhuuu maaf ya Nak 😦

Mendarat dengan mulus (dan super ngantuk) di Bandara Sultan Babullah Ternate jam 05.15 WIB alias 07.15 WIT, dan aku merasa jetlag. hahaha…

Dijemput orang Ternate, diajak sarapan pagi di tempat enak, dimana pilihan makannya ada lontong sayur dan nasi kuning. Alhamdulillah enaaak…

Selesai sarapan, langsung cuss ke hotel Archie dan tiduuur…hahaha.

Jalan-jalan baru dimulai hari ke-2 tanggal 16 November 2016, pertama kita kerja dulu yess..selesai kerja baru deh jalan-jalan ke beberapa tempat wisata di Ternate:

  1. Benteng Tolukko
  2. image

    image

    Benteng ini terletak di tengah2 kota, tidak terlalu besar tapi sangat strategis di jamannya. Latar belakang foto aku itu adalah Pulau Tidore masih termasuk Kep. Maluku Utara.

  3. Batu Angus
  4. image

    image

    Kumpulan batu2 hitam kaya hangus. Iya emang beneran batu yang hangus, karena batu ini muntahan gunung Gamalama saat sedang aktif. Astaghfirullah..nggak kebayang kalau batu2 besar ini menimpa manusia..

  5. Pantai Sulamadaha
  6. image

    image

    image

    Yeaaay..ke pantai Sulamadaha. Tapi kok pantainya nggak seindah di foto2 sosmed yaaah..karena aku nggak jalan ke tempat yang indah itu. Kenapa? Karena cuma bisa jalan kaki (atau naik motor) yang jaraknya lumayan ke tempat keren itu. Maklum aku bumil yang lelaaah..haha.

    Jadi yaaah cukup memandang pantai terdekat, sambil menikmati keripik pisang cocol sambal dan air kelapa ditemani angin sepoi pantai. Alhamdulillah..nikmatnyaa (buat tidur) ^^

  7. Danau Tolire
  8. image

    image

    Di belakang danau terlihat gunung Gamalama. Danau ini punya legenda buaya putihnya dan daya gravitasinya. Jadi kalau kita lempar batu ke arah danau, nggak pernah sampai ke danaunya tapi berbelok ke hutan2 di bawahnya. Entahlah…hehe

Fakta bahwa Ternate ini merupakan satu pulau yang tengahnya puncak gunung Gamalama yang aktif, jadi sekeliling pantai pulau Ternate yaa kaki gunung Gamalama. Syukur alhamdulillah, selama di sana nggak ada kejadian berbahaya. Semoga aman selalu dan penduduknya siap siaga jika terjadi bencana ;).

 

Menjelajah desa-desa

Iyap memang menjelajahi desa-desa ini pastinya terkait pekerjaan gw. Dibuat rangkuman saja dari kunjungan ke desa-desa di Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, dan DI. Yogyakarta. Mari bercerita..haha

1. Sulawesi Tengah
Gw dan tim terbang ke Sulawesi Tengah tanggal 4-6 November 2014. Kita berangkat dari Jakarta transit Makassar dan kemudian Palu. Inilah pertama kalinya gw menginjak kaki di Palu. Tiba do Palu sudah sore, kami mampir makan makanan khas sini yaitu  Sop Kaledo (kaki lembu donggala), makan bareng nasi dan bawang goreng Palu yang mantap. Pas coba sop hangat2 masih enak, lama2 gw nyerah karena terlalu berlemak & amis, dagingnya nempel bgt, gajih putih gede bgt..sukses bikin gw eneg!! Temen gw ada yg lahap sampai habis tak bersisa..euy!! Cukup deh nyobain Kaledo..haha.

image

Besoknya kita baru lanjut ke Kabupaten Sigi, tujuan kita adalah 2 desa di kabupaten tsb. Desa yg kita kunjungi adalah Desa Bolapapu & Desa Mataue, syukurnya dua desa ini berdempetan, capeknya perjalanan dr Palu ke desa 2,5 jam dengan melewati bukit2, jurang2, hutan yag jalannya rawan longsor & banjir bandang jika musim hujan (untung belum musim hujan saat kita ke sana..huft). Tiba di desa, kebetulan sedang berjalan kegiatannya dan kita ikuti sejenak sambil diskusi dengan forum desa. Salut banget buat masyarakat di kedua desa ini, mereka sudah sangat memahami daerahnya.dan tahu apa yg sebaiknya dilakukan untuk melindungi desa dari bencana.

Selesai mengunjungi kedua desa, kami diundang makan siang di rumah kepala desa Bolapapu. Subhanallah, jadi inget kampung dimana makanan dihidangkan lesehan, makan bersama pakai tangan, suasana kekeluargaan dan lauk pauk yg luar biasa segar & lezat, terutama ayam kampung yg dimasak dalam bambu. Alhamdulillah..nikmat Allah sungguh luar biasa :). Esoknya kami pulang dan tak lupa oleh2 khas Palu yaitu bawang goreng. Sip banget deh bawang goreng Palu ini.

image

 

2. Sulawesi Selatan
Perjalanan berikut gw ke Sulsel pada tanggal 18-21 Nov 2014. Menginap di Makassar dan kemudian pergi ke Desa Lampoko dan Desa Lawallu di Kabupaten Barru. Perjalanan sekitar 2 jam dari kota Makassar dan alhamdulillah jalanan datar rata tanpa bukit-lembah..hehe. Tiba di kedua desa tersebut, seperti biasa sambutan masyarakat desa begitu hangat dan lagi2 kami dihidangkan masakan warga desa di rumah panggung khas Sulsel. Kami makan ikan yg segar langsung dr laut beserta lauk lainnya dan ada yg unik yaitu jagung nasi, iya butir2 jagungnya lembek kaya nasi…hehe.

image

 

Malam hari di Makassar kami makan2 di pinggir pantai Losari, makan pisang epe dan minuman jahe plus burger kfc…haha tetep! Malam satu lagi kami nikmati dengan makan masakan manado di wisata bahari yg maknyus banget. Oya hampir lupa, nggak ketinggalam makan Coto Makassar Nusantara sama ketupatnya yg enak. Alhamdulillah….

 

3. D.I. Yogyakarta
Hello Jogjaaa…gw datang kembali, akan sering ke Jogja mengingat mertua akan segera pindah ke sini, hehe.
Di Jogja kita paket cepat aja, tiba di bandara langsung ngacir ke Kabupaten Kulon Progo, perjalanan sejam lebih dikit dan nggak sempat menikmati apa2 di Kulon Progo ini..hehe.

Malam hari balik ke kota Jogja dan pergi makan malam ke yg dekat hotel aja, Sambal SS. Keesokan hari kita pergi ke Kabupaten Bantul, mampir sebentar aja terus makan siang di Warung Ingkung Demang, tempat makannya ada di dalam perkampungan, lesehan dan makanannya enak.

image

image

Malam hari kita kembali ke Jogja dan cari makan malam di rumah makan Jejamuran, semua makanan serba jamur. Terus lanjut minum susu Kalimilk, pesan rasa hazelnut dan enak banget. Keesokan harinya sebelum balik ke bandara, mampir ke bakpia Kurnia Sari di Glagahsari lanjut makan siang di Pecel Solo dekat hotel Hyatt, menikmati suasana tempat makan yang nyaman banget sampai tiba waktunya kembali ke bandara, ke Jakarta.

image

image

Kupang Gersang

[repost from kireiicha.blogspot.com]

Wohoo…akhirnya saya bermain pergi dinas ke Kupang. Dulu pernah mampir transit di bandaranya ketika terbang dari Maumere, NTT. Jadi ini bukan pertama kalinya saya pergi ke Provinsi NTT, tetapi pertama kalinya ke Kupang :). Alhamdulillah, dinas kali ini mengikutsertakan suami yang diikutkan dari bagiannya. Jadi selama 4 hari di Kupang tak masalah buat saya :D. Pemandangan Kupang sungguh gersang, hal ini sudah terlihat dari atas udara ketika pesawat kami hendak mendarat di bandara El-Tari, Kupang. Pemandangan dominan warna cokelat muda dan kuning membentang di dataran pulau Timor ini.

Karena pekerjaan yang jadwalnya padat, jadi kami tidak sempat mampir ke banyak tempat wisatanya. Hanya pantai Lasiana yang tak jauh dari kota Kupang, kami datang pertama kali terlalu sore shingga hari cepat gelap dan hanya sesaat menikmati indahnya pantai. Tapi esok paginya, kami datang lagi ke pantai ini dan subhanallah indah sekali pantai ini :). Pohon-pohon yang berjajar di pantainya bukan didominasi pohon kelapa namun pohon (saya nggak tau namanya) yang batangnya menyerupai pohon kelapa tapi daunnya berbeda. Pasir pantainya serupa dengan pasir di Pantai Air Manis kota Padang, yakni pasir padat yang tidak amblas jika diinjak.

Amazing Flores

Judul di atas macam iklan tur pariwisata aja yaaa…haha :D. Tapi memang benar, di tengah Pulau Flores yang serba kering namun menyimpan keindahan-keindahan alam lainnya. Saat perjalanan saya dan teman-teman ke Pulau Flores (tentu dalam ikatan dinas), kami tidak melewatkan beberapa tempat wisata di Flores. Tentunya kami bepergian ke tempat wisata saat pekerjaan kami selesai & catatan pake uang sendiri lho… 🙂

Sembilan hari di Pulau Flores, lebih tepatnya di kota Maumere, Kabupaten Sikka, saya dan ketiga teman lainnya bertugas di bagian acara Baksos. Sepulangnya dari tempat baksos, kami selalu menyempatkan diri pergi ke pantai-pantai di Sikka, seperti Pantai Sikka, Pantai Waiara, Pantai Wailiti dan pemukiman Wuring Lama. Di dekat pantai Sikka, kami mengunjungi gereja tertua di Pulau Flores yang dibangun bangsa Portugis saat itu (lupa tahun pembangunanannya). Dalam perjalanan kami ke tempat-tempat tersebut, kami membeli pisang khas sana sebanyak 2 sisir yang langsung kandas seketika karena rasanya enak & manis :). Kemudian kami juga membeli ikan hasil tangkapan nelayan, beberapa ikan merah segar kami beli dengan harga murah, malam harinya ikan2 tersebut kami bakar.

Klimaks dari perjalanan kami adalah kunjungan ke Danau Kelimutu, yap danau yang terkenal dengan tiga warnanya dan pernah ada di lembaran uang 1000 rupiah. Perjalanan dari Maumere ke Danau Kelimutu yang letaknya di Kabupaten Ende, tetangga Kabupaten Sikka. Meskipun kabupatennya tetanggaan, perjalanan dari Maumere ke Danau Kelimutu adalah 4 jam!!. Medan yang dilalui hampir tidak pernah jalan lurus, melainkan kelok-kelok dengan jurang-jurang dan bukit-bukit di sekelilingnya. Demi melihat matahari terbit di Danau Kelimutu, kami berangkat dari hotel jam 2 pagi dan ternyata ada rombongan lain yang juga berangkat jam 2 pagi. Perjalanan dengan medan berat ditambah suasana gelap membuat kami ekstra hati-hati. Saya tidak berani menundukkan kepala karena takut pusing dan mabok. Selama di perjalanan, beberapa kali kami menjumpai anjing yang berdiri di tengah jalan dan rata-rata mereka menjulurkan lidah, ekor tidak tegak dan ada yang jalannya lemas. Menururt salah satu teman kami yang ikut (dr. Rucky), anjing seperti itu adalah ciri-ciri anjing trerkena rabies.

Perjalanan 4 jam kemudian, akhirnya kami tiba di Wisata Danau Kelimutu. Kami bertemu rombongan teman kami yang sudah dari kemarin di Ende. Saya lupa tiket masuk per orang berapa, mobil juga dikenai charge dan kamera juga kena charge (makanya saat di tiket masuk, umpetin kamera kalian..hehe). Setelah dapat tiket, kami naik mobil lagi dan jalan ke atas lagi, tiba di suatu lapangan parkir dan mobil diparkir, kami jalan lagi ke atas untuk mencapai Danau Kelimutu. Matahari telah terbit dan saya sempat mengabadikan matahari namun bukan di dekat danaunya.

Sunrise on Kelimutu Mount, Flores Island, September 2011
Kelimutu Lakes, Flores, September 2011

Jalan menanjak dengan suguhan pemandangan hutan yang luar biasa, diliputi kabut-kabut tipis di sekitarnya dan akhirnya tibalah kami di Danau Kelimutu. Alhamdulillah…… 🙂